Malang – Harga kelapa di sejumlah pasar tradisional Kota Malang mengalami lonjakan tajam dalam beberapa pekan terakhir. Dari yang sebelumnya hanya Rp 12.000 per butir, kini harganya melonjak hingga Rp 20.000. Kenaikan ini disebut sebagai yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir oleh para pedagang.
Busahar, salah satu pedagang kelapa di Kota Malang, mengungkapkan bahwa tingginya harga kelapa disebabkan oleh berkurangnya pasokan di pasar lokal. Hal ini terjadi karena sebagian besar kelapa saat ini diekspor ke luar negeri untuk memenuhi permintaan internasional yang meningkat.
“Karena pasokannya kurang, banyak yang ekspor ke luar negeri. Jadi barangnya terbatas di pasar lokal, akhirnya harga naik,” ujar Busahar saat ditemui di lapaknya, Senin (21/4).
Tak hanya pedagang yang terdampak, para pembeli pun mulai merasakan beban akibat harga yang melambung. Eli, salah satu pembeli yang juga pemilik warung makan, mengaku tetap membeli kelapa meskipun harga tinggi karena merupakan bahan pokok untuk olahan masakannya.
“Buat gule ya tetap dibeli, mas. Soalnya udah jadi kebutuhan. Tapi memang berat juga sih, kalau terus-terusan naik begini,” keluhnya.
Para pedagang di pasar berharap pemerintah bisa mengambil langkah untuk menstabilkan harga, setidaknya dengan memastikan kelancaran pasokan dari petani atau menyesuaikan kuota ekspor. Namun hingga kini belum ada kepastian kapan harga kelapa akan kembali normal.
Sementara itu, lonjakan harga ini juga mulai memengaruhi pelaku usaha kecil yang mengandalkan kelapa sebagai bahan utama, seperti penjual santan, pembuat kue tradisional, hingga pemilik warung makan.
“Kalau terus naik, bisa-bisa harga makanan juga ikut naik. Ini efeknya berantai,” tambah Busahar.
Dengan kondisi ini, baik pedagang maupun pembeli berharap agar harga kelapa bisa segera turun agar roda ekonomi kecil di pasar-pasar tradisional bisa tetap berjalan dengan lancar.