Jakarta – Apple mengambil langkah cepat dan strategis untuk menghindari dampak dari rencana tarif tinggi yang diberlakukan pemerintahan Donald Trump terhadap produk-produk dari luar negeri. Perusahaan teknologi raksasa asal Cupertino itu dilaporkan telah menyewa pesawat kargo untuk menerbangkan sekitar 600 ton iPhone dari India ke Amerika Serikat.
Menurut laporan Reuters, pengiriman besar-besaran ini melibatkan sekitar 1,5 juta unit iPhone, yang dikemas dalam enam jet kargo dengan kapasitas masing-masing 100 ton. Pengiriman ini dilakukan sejak Maret, dan salah satu pengiriman dilakukan tepat saat tarif baru mulai diberlakukan.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi Apple untuk menstabilkan pasokan iPhone di pasar AS, menyusul kebijakan tarif Trump yang mengancam produk asal China dan India. Tarif terhadap produk dari India saat ini ditangguhkan selama 90 hari, namun Apple tak mau ambil risiko.
Sementara itu, AS telah mengumumkan bahwa barang-barang dari China akan dikenakan tarif hingga 145%, dan ini berpotensi besar memengaruhi pasokan iPhone yang sebagian besar masih dirakit di Negeri Tirai Bambu.
Apple kini meningkatkan produksi di India, khususnya di pabrik Foxconn di Chennai. Pabrik ini telah memproduksi lebih dari 20 juta unit iPhone pada tahun lalu, termasuk iPhone 15 dan 16, dan kini diperluas operasinya hingga akhir pekan untuk memenuhi lonjakan permintaan.
Seorang analis dari Bank of America, Wamsi Mohan, mengatakan jika seluruh iPhone buatan India dialihkan ke pasar AS, maka akan mencakup sekitar 50% dari total permintaan iPhone di Amerika sepanjang tahun ini.
Namun demikian, rencana jangka panjang untuk memindahkan produksi iPhone ke dalam negeri juga menjadi tantangan. Biaya produksi di AS diperkirakan bisa membuat harga iPhone melonjak hingga US$3.500 per unit, menurut analis dari Wedbush Securities.
Hingga berita ini diterbitkan, baik pihak Apple maupun Kementerian Penerbangan India belum memberikan pernyataan resmi terkait pengiriman masif tersebut.
Langkah cepat Apple ini menunjukkan bagaimana perusahaan multinasional merespons dinamika geopolitik dan kebijakan perdagangan internasional demi menjaga rantai pasok dan harga produk tetap stabil di pasar utama.
