I-Todays.com – Jalak Kebo: Mata Hitam dari Dunia Lain
Malam baru saja turun di sebuah desa kecil yang terletak di kaki bukit pegunungan Jawa. Kabut tipis mulai merayap turun perlahan, menyelimuti atap-atap rumah dan pohon-pohon tua yang berbisik pelan dihembus angin. Di tengah kesunyian itu, terdengar suara kicauan parau yang serak dan menusuk telinga. Suara itu tidak seperti burung biasa—lebih seperti jeritan kecil yang ditekan dari balik dada yang penuh rahasia.
Seorang lelaki tua, penjaga makam desa, menghentikan langkahnya. Ia menatap langit yang gelap, lalu berbisik pelan, “Jalak Kebo…”
Burung Pembuka Gerbang
Dalam kepercayaan lama yang nyaris terlupakan, burung Jalak Kebo bukan sekadar makhluk bersayap yang menumpang di dahan. Ia adalah penanda gerbang, pembuka jalur bagi yang tak kasat mata. Diyakini, ketika Jalak Kebo muncul dengan suara kicauannya yang menggema di waktu senja, ada roh yang sedang melintas—mungkin mencari tubuh, atau sekadar numpang lewat.
Beberapa dukun tua percaya bahwa burung ini adalah “mata hitam dari dunia lain”, pengamat yang mengintai manusia dari dimensi yang lebih dalam. Bila seekor Jalak Kebo tiba-tiba hinggap di atap rumah dan menatap tajam ke dalam ruangan, konon itu adalah pertanda akan datangnya kematian atau penjemput dari alam gaib.
Penjaga dari Kegelapan
Meski banyak ditakuti, sebagian masyarakat Jawa Tengah dan Bali percaya bahwa Jalak Kebo adalah makhluk yang netral. Ia tidak jahat, tidak pula baik—tapi ia bisa menjadi pelindung, jika dirawat dengan cara yang benar. Beberapa keluarga keturunan pawang atau orang pintar menyimpan Jalak Kebo di kandang khusus yang dijaga doa-doa kuno. Burung itu diyakini mampu mengusir makhluk halus, atau bahkan menyerap kutukan yang hendak ditujukan pada tuan rumahnya.
Namun, perlindungan itu tidak gratis. Jalak Kebo harus diberi makan dengan ritual tertentu, kadang diselingi sesajen kecil, atau dibacakan mantra setiap malam Jumat Kliwon. Jika ritual diabaikan, burung itu bisa berubah liar, kicauannya menjadi jeritan panjang yang membangunkan arwah yang sudah tenang.
Mitos Penyembuh atau Kutukan?
Ada cerita dari sebuah dusun terpencil, tentang seorang anak kecil yang sakit keras. Tak ada tabib atau dokter yang bisa menyembuhkannya. Ibunya, yang putus asa, menggantungkan harapan pada seekor Jalak Kebo tua yang pernah dimiliki kakeknya. Saat burung itu dibawa ke dekat anak yang sakit, si anak mendadak berhenti demam—tapi malam harinya, tiga ekor burung gagak mati di halaman rumah. Sejak itu, setiap malam, suara Jalak Kebo menggema dari balik pepohonan, seolah mengingatkan… ada harga untuk setiap kesembuhan.
Kabar Baik dari Alam Gaib
Ironisnya, dalam dunia yang penuh kegelapan itu, Jalak Kebo juga disebut sebagai pembawa kabar—namun bukan kabar biasa. Saat burung ini berkicau tiga kali di depan rumah seseorang, itu pertanda akan datang peristiwa besar: pernikahan, kelahiran… atau kematian. Tiga hal yang diyakini membuka simpul takdir manusia.
Tak jarang orang-orang tua masih meyakini, jika Jalak Kebo datang di saat hujan rintik dengan kepala basah kuyup, itu artinya ada roh leluhur yang sedang menyampaikan pesan.
Kesimpulan: Bukan Sekadar Burung
Jalak Kebo bukan hanya hewan peliharaan atau penambah semarak suara pagi. Dalam lembaran-lembaran mitos yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia, burung ini berdiri di ambang dunia nyata dan dunia tak kasat mata. Setiap kicauannya bisa jadi sapaan… atau peringatan.
Jadi, lain kali jika kamu mendengar suara parau Jalak Kebo saat malam gelap tanpa bulan—jangan langsung melihat ke luar jendela. Kadang yang berdiri di balik kegelapan bukan hanya seekor burung…
