Surabaya – Fuad Benardi, anggota Komisi C DPRD Jawa Timur, mengisahkan perjalanan hidupnya yang penuh liku dari masa kecil hingga menjadi wakil rakyat di Jawa Timur. Meski putra dari Tri Rismaharini, mantan Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial, Fuad menegaskan bahwa ia ingin menapak karier politiknya sendiri tanpa mendompleng nama besar ibunya.
Fuad menceritakan masa kecilnya yang dihabiskan di Bojonegoro karena kedua orang tuanya bertugas sebagai ASN di daerah tersebut. Namun, pada usia 4 tahun, ia pindah ke Surabaya mengikuti ibunya yang berpindah tugas. Pendidikan dasar hingga menengahnya ditempuh di sekolah-sekolah swasta dan negeri di Surabaya dan Sidoarjo.
Setelah lulus dari SMAN 5 Surabaya, Fuad melanjutkan pendidikan tinggi di Teknik Informatika ITS Surabaya. Di kampus tersebut, ia mulai aktif berorganisasi dan merintis usaha kecil bersama teman-temannya. “Kami sempat mendirikan angkringan bersama lima teman. Tahun pertama ramai, tapi tahun kedua redup dan akhirnya tutup,” ujarnya mengenang.
Meski mengaku bangga dengan prestasi dan dedikasi sang ibu, Fuad memilih untuk tidak mengikuti jejaknya sebagai ASN. “Saya melihat kerja ASN itu monoton. Saya lebih tertarik menjadi pengusaha, seperti kakek dan nenek saya,” ujarnya.
Namun, ketertarikannya pada politik tak dapat dihindarkan. Ia mengaku terinspirasi dari perjalanan ibunya di dunia pemerintahan dan politik. “Dulu saat ibu mencalonkan diri sebagai wali kota, saya ikut membantu. Saat itu, saya semakin paham bahwa politik adalah jalur untuk memperjuangkan aspirasi rakyat,” ungkap Fuad.
Kini, sebagai anggota DPRD Jatim, Fuad fokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Saya ingin menjalankan amanah ini dengan baik, sesuai pesan ibu bahwa seorang pemimpin harus turun langsung dan memahami kondisi masyarakatnya,” tuturnya.
Fuad juga menekankan pentingnya menjaga integritas dan konsistensi dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat. “Sa












