Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Misteri

“Hantu Jukung: Ketika Sungai Menjadi Jalan Menuju Alam Kematian”

×

“Hantu Jukung: Ketika Sungai Menjadi Jalan Menuju Alam Kematian”

Share this article
Ilustrasi penampakan hantu sungai "jukung".
Ilustrasi penampakan hantu sungai "jukung".
Example 468x60

Kalimantan – Di bawah kabut malam yang pekat, sungai tak hanya menjadi aliran air—ia menjadi batas antara dunia yang hidup dan yang sudah mati. Dan di sinilah, mitos Hantu Jukung terus hidup, mendayung perlahan di antara kepercayaan dan ketakutan.

Sungai Kapuas, dini hari.
Pak Rawi, nelayan tua dari Desa Sungai Ulak, sedang duduk di dermaga bambu miliknya. Malam itu senyap, bulan tidak muncul, dan kabut turun menebal seolah hendak menyembunyikan sesuatu. Dari kejauhan, terdengar suara air yang terbelah… perlahan… tenang… tapi tak ada suara dayung, tak ada percikan yang biasa terdengar dari perahu nelayan.

Example 300x600

“Aku kira itu perahu orang kampung yang pulang telat,” ujarnya lirih. “Tapi saat kulihat, tak ada siapa-siapa yang mendayung. Perahunya jalan sendiri… dan ada sosok duduk diam di ujung haluan. Diam. Tak bergerak.”

Pak Rawi mengaku hanya bisa terpaku, tubuhnya kaku, hingga suara air itu menghilang di tikungan sungai. Esok paginya, warga kampung heboh. Seorang remaja—Anjar, 17 tahun—tak pulang sejak malam sebelumnya. Yang ditemukan hanya jejak kaki basah menuju dermaga. Setelah itu, hilang. Tak ada jejak kembali. Tak ada tubuh ditemukan.

Legenda yang Berlayar di Sungai

Di tanah Borneo, jukung adalah perahu tradisional, digunakan sejak nenek moyang untuk menyusuri sungai-sungai yang jadi nadi kehidupan. Tapi tak banyak yang tahu bahwa dalam kepercayaan tua suku Dayak dan Banjar, jukung bukan sekadar alat transportasi.

Ia dipercaya sebagai kendaraan roh, pengantar jiwa dari dunia manusia ke alam baka.

Namun, tidak semua jukung datang dari cahaya. Jukung Hantu, begitu masyarakat menyebutnya, hanya muncul ketika jiwa yang mati tak tenang. Orang-orang yang meninggal karena tenggelam, dibunuh, atau membawa dendam yang tak selesai, dipercaya akan kembali, tidak untuk berpamitan, tapi untuk mencari penumpang baru.

“Perahu itu bukan membawa orang, tapi membawa kematian,” kata Bu Mairah, penjaga warung di tepi dermaga tua. “Kalau kau dengar suara air tapi tak ada dayungnya, jangan lihat, jangan jawab, tutup mata dan doakan kuat-kuat.”

Tanda-Tanda Kehadiran Jukung Gaib

Cerita-cerita turun-temurun menyebutkan ciri-ciri kemunculan perahu gaib ini:

  • Muncul saat bulan mati atau hujan gerimis
  • Tidak ada pendayung, namun bergerak sendiri
  • Air di sekitarnya menjadi sangat tenang, seolah takut mengganggu
  • Kadang diselimuti cahaya samar seperti lentera tua
  • Suara malam menghilang—jangkrik, katak, burung hantu—semua diam

Lebih menyeramkan lagi, warga melaporkan bahwa kadang perahu itu bersiul pelan, seperti memanggil. Suara yang terdengar bisa menyerupai ibu, saudara, bahkan anak sendiri. Tapi jika kau menjawab… maka kau telah mengiyakan undangan menuju sisi lain sungai—bukan tepi yang kita kenal.

Penangkal dan Pantangan

Di kampung-kampung tua, masih banyak yang memegang erat warisan leluhur. Mereka menggantung janur kuning dan bawang putih di tiang-tiang dermaga. Ada juga yang mengikat ikat kepala merah di haluan perahu, tanda bahwa perahu ini milik manusia, bukan dunia arwah.

“Jangan duduk sendiri di dermaga malam-malam,” pesan para orang tua.
“Jangan menjawab suara dari sungai, meski itu terdengar seperti orang yang kau cintai.”
“Jangan naik perahu yang tak ada awaknya, meski terlihat akrab.”

Satu kesalahan saja, dan jiwamu bisa hanyut bersama arwah nelayan yang kesepian, yang terus mendayung dalam kabut abadi, mencari teman untuk menemani penyesalan yang tak pernah selesai.

Antara Mitos dan Kenyataan

Sebagian orang luar menganggap ini hanya dongeng kampung. Cerita untuk menakut-nakuti anak agar tak bermain terlalu malam. Tapi bagi masyarakat Kalimantan, Hantu Jukung adalah bagian dari warisan yang hidup, mistis namun nyata dalam kepercayaan mereka.

“Kalau kau pernah kehilangan seseorang tanpa jejak di sungai, kau akan mengerti,” ujar Pak Rawi, matanya kosong menatap aliran Kapuas. “Sungai ini menyimpan lebih dari sekadar arus. Ia menyimpan rahasia—dan kadang, penyesalan.”

Jangan Panggil Namanya

Hingga kini, tak ada yang bisa membuktikan secara ilmiah keberadaan Hantu Jukung. Tapi setiap tahun, tetap saja ada laporan orang hilang di tepi sungai, perahu kosong ditemukan mengambang, dan kesaksian tentang suara perahu tanpa pendayung yang datang dari balik kabut.

Jadi, jika suatu malam kau berjalan di tepi sungai Kalimantan, dan kau melihat perahu kecil datang perlahan, tanpa suara, tanpa awak, namun dengan bayangan samar duduk di dalamnya…

Jangan sapa. Jangan dekati. Jangan naik.
Karena itu mungkin bukan perahu biasa.

Itu Jukung Arwah dan ia datang bukan untuk mengantar, tapi untuk menjemput. (*)

Example 300250
Example 120x600