Jakarta – Harga telur ayam ras mengalami penurunan drastis di sejumlah pasar tradisional Jakarta Selatan usai perayaan Lebaran 2025. Fenomena ini dikhawatirkan akan berdampak serius terhadap keberlangsungan usaha peternak telur.
Penurunan harga terjadi secara cepat dalam beberapa hari terakhir. Di Pasar Minggu, Temu, pedagang telur yang sudah berjualan selama puluhan tahun, mengungkapkan harga satu peti telur (15 kg) yang sebelumnya berkisar Rp 380.000-Rp 395.000 kini hanya Rp 360.000.
“Harga turun karena permintaan sepi. Padahal, harga pakan mahal. Kasihan peternak, mereka bisa rugi besar,” ujar Temu saat ditemui pada Kamis (24/4/2025).
Ia kini menjual telur dengan harga eceran Rp 27.000 per kilogram, namun tetap mengaku khawatir akan daya serap pasar yang melemah.
Kondisi serupa juga terjadi di Pasar Lenteng Agung. Menurut Amin, salah satu pedagang di sana, harga telur bahkan sempat menyentuh angka terendah Rp 24.000 per kg beberapa hari lalu sebelum kembali naik menjadi Rp 27.000.
“Pasokan aman, tapi pembelinya berkurang. Jadi harga sempat turun tajam,” ucap Amin.
Sementara itu, Anto, seorang agen telur di kawasan Swadaya, Tanjung Barat, menyatakan bahwa anjloknya harga telur sering disebabkan oleh pasokan yang melimpah tanpa diimbangi permintaan.
“Kalau nggak segera dijual, bisa busuk. Jadi, kadang kami turunin harga buat cepat habis,” kata Anto. Ia kini menjual telur dengan harga Rp 26.000 per kilogram atau Rp 375.000 per peti.
Padahal, menurut Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 5 Tahun 2022, harga acuan telur di tingkat konsumen seharusnya Rp 27.000 per kg. Penurunan harga yang terjadi di bawah angka tersebut bisa menjadi sinyal buruk bagi kelangsungan sektor peternakan rakyat.
Para pedagang dan agen berharap pemerintah bisa mengambil langkah konkret agar kestabilan harga telur tetap terjaga dan peternak tidak terus merugi.