Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
HeadlineOlahraga

Jay Idzes dan Gelombang Pemain Timnas Indonesia di Eropa: Tren Baru atau Fenomena Sementara di 2025?

×

Jay Idzes dan Gelombang Pemain Timnas Indonesia di Eropa: Tren Baru atau Fenomena Sementara di 2025?

Sebarkan artikel ini
Kapten Timnas Indonesia yang berkarir di eropa.
Example 468x60

I-Todays.com – Perlahan namun pasti, nama-nama pemain Timnas Indonesia seperti Jay Idzes mulai akrab di telinga penggemar sepak bola Eropa. Dari pemain muda seperti Marselino Ferdinan hingga bek tengah tangguh Justin Hubner, kini Indonesia mulai menunjukkan geliatnya di level kompetisi yang lebih tinggi. Pertanyaannya, apakah ini tanda awal dari era baru, atau justru sekadar fenomena sesaat yang akan tenggelam seperti gelombang kecil di lautan kompetisi Eropa?

Salah satu yang paling mencuri perhatian saat ini tentu saja Jay Idzes, kapten Timnas Indonesia yang sukses mengantar klubnya, Venezia FC, promosi ke Serie A musim 2024/25. Sebuah pencapaian yang bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga prestasi penting bagi sepak bola Indonesia. Idzes bukan hanya bagian dari tim, tapi juga pilar utama di lini belakang Venezia selama musim kompetisi Serie B yang panjang dan penuh tekanan.

Example 300x600

Tak heran, usai keberhasilan itu, berbagai kabar mulai bermunculan. Idzes dikaitkan dengan beberapa klub besar, salah satunya adalah Aston Villa, klub Premier League yang tampil konsisten dalam dua musim terakhir. Selain itu, Venezia juga telah mematok harga jual sang pemain di angka €10 juta — angka yang cukup tinggi untuk pemain yang baru semusim tampil di Italia. Ini menunjukkan bahwa klub asal Venesia itu menilai Idzes sebagai aset berharga yang tidak bisa dilepas sembarangan.

Jika transfer ini terealisasi, maka Jay Idzes akan menjadi pemain Indonesia pertama dalam sejarah modern yang bermain di Premier League. Tentu ini akan menjadi lompatan besar tidak hanya bagi kariernya, tetapi juga citra sepak bola Indonesia di mata dunia.

Marselino, Romeny, dan Tantangan Adaptasi

Sementara itu, Marselino Ferdinan masih menjadi bagian dari Oxford United di League One, kasta ketiga sepak bola Inggris. Kendati sempat santer diberitakan akan dipinjamkan untuk mendapat menit bermain lebih banyak, hingga kini Marselino masih terdaftar sebagai bagian dari skuad utama klub. Adaptasinya memang tidak berjalan mulus, dan ini bisa dimaklumi mengingat usianya yang masih sangat muda serta perbedaan besar dalam intensitas permainan antara Liga Indonesia dan Inggris.

Begitu pula dengan Ole Romeny, striker berdarah Indonesia-Belanda yang juga memperkuat Oxford United. Kontraknya bahkan baru saja diperpanjang hingga Juni 2028, sebuah tanda bahwa manajemen klub masih percaya pada potensinya. Namun, sejauh ini Romeny belum menunjukkan kontribusi signifikan bagi tim, dan tekanan untuk tampil konsisten jelas akan semakin besar musim depan.

Belajar dari Tjoe-A-On dan Hubner

Tak semua cerita pemain Indonesia di Eropa berakhir manis. Nathan Tjoe-A-On, yang sempat disebut-sebut akan menjadi bagian penting dari Timnas, justru harus rela diputus kontraknya oleh Swansea City. Begitu juga dengan Justin Hubner, bek muda yang tak diperpanjang masa baktinya oleh Wolverhampton Wanderers. Dua nama ini menjadi pengingat bahwa bermain di Eropa bukan sekadar soal teknis, tetapi juga soal kesiapan mental, daya tahan fisik, dan kecocokan dengan filosofi klub.

Kegagalan ini sekaligus menunjukkan betapa kerasnya kompetisi di Eropa. Nama besar tidak cukup. Status pemain diaspora pun tak jadi jaminan. Yang dibutuhkan adalah kontinuitas, konsistensi, dan kerja keras — sesuatu yang mulai terlihat dari sosok seperti Jay Idzes dan Elkan Baggott.

Elkan Baggott: Kembali ke Ipswich Town dengan Bekal Berharga

Nama lain yang patut disorot adalah Elkan Baggott, bek jangkung yang baru saja menyelesaikan masa peminjamannya. Ia tampil reguler dan mampu menunjukkan performa stabil, membuatnya layak untuk kembali ke klub induk, Ipswich Town, yang kini bermain di Premier League. Dengan pengalaman yang makin matang, Baggott kini berpeluang besar untuk mencicipi kerasnya atmosfer liga paling kompetitif di dunia — jika ia mampu memenangkan persaingan internal tim.

Apa Selanjutnya?

Keberadaan para pemain Indonesia di Eropa bukan lagi hal asing. Namun, tantangan berikutnya jauh lebih besar: bagaimana agar mereka tidak sekadar menjadi pemain pelengkap, tetapi benar-benar menjadi pilar utama di klubnya masing-masing.

Jay Idzes bisa jadi role model. Ia menunjukkan bahwa dengan kerja keras, profesionalisme, dan konsistensi, pemain Indonesia bisa bersaing di level tertinggi. Jika transfer ke klub besar seperti Aston Villa benar-benar terjadi, maka pintu akan terbuka lebih lebar bagi pemain Indonesia lain untuk menyusul.

Namun, semuanya akan kembali pada satu hal: pembuktian di lapangan. Nama besar, status diaspora, atau hype media sosial tidak akan berarti tanpa performa nyata.

Kini bola ada di kaki para pemain itu sendiri — apakah mereka siap jadi bagian dari sejarah baru sepak bola Indonesia, atau hanya akan menjadi catatan singkat dalam perjalanan panjang sepak bola Eropa?

Example 300250
Example 120x600