Surabaya – Pecel semanggi, kuliner legendaris khas Surabaya, kini menjadi ikon utama di Kampung Semanggi, Jalan Kendung, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Surabaya Barat. Di kawasan ini, lebih dari 120 perajin pecel semanggi masih setia meracik makanan berbahan dasar daun semanggi yang disajikan dengan sayuran rebus dan sambal bumbu tempe.
Ketua Paguyuban Kampoeng Semanggi, Athanasius Suparmo, menyatakan bahwa kampung ini mulai dikenal sejak bergabung dalam program Kampung Berseri Astra (KBA) pada tahun 2021. “Sebelumnya, pecel semanggi hanya dijajakan oleh lima ibu-ibu di kawasan tengah kota. Kini, ada 120 perajin yang tersebar di berbagai wilayah Surabaya,” ungkapnya.
Selain pecel semanggi, warga Kampung Semanggi juga mengembangkan inovasi produk olahan berbahan dasar semanggi. Produk-produk seperti semanggi instan, stik semanggi, hingga kue kering nastar dan putri salju berbahan semanggi bahkan sudah berhasil menembus pasar luar negeri, termasuk Australia.
Namun, di balik keberhasilan tersebut, para perajin menghadapi kendala dalam pasokan semanggi. Kartini, istri Suparmo, menyebutkan bahwa perubahan cuaca dan serangan hama menjadi tantangan utama dalam menjaga kualitas daun semanggi. “Kalau hujan malam, tanaman semanggi bisa rusak. Itu jadi masalah buat kami,” ujarnya.
Di tengah tantangan tersebut, Kampung Semanggi kini mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk menjadikannya kawasan wisata edukasi semanggi. Rencana tersebut termasuk pemanfaatan lahan sekitar kampung untuk budidaya semanggi dan pusat promosi UMKM. “Kami sudah mengajukan proposal tahun lalu dan sejauh ini mendapatkan respons positif dari pemerintah,” jelas Suparmo.
Dengan dukungan lebih dari 100 perajin dan inovasi produk yang terus berkembang, Kampung Semanggi tak hanya berpotensi sebagai sentra kuliner, tetapi juga sebagai destinasi wisata edukatif yang layak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.