Jakarta – Pria satu ini dikenal dengan nama ZEKA VONG. Dia sudah menjadi legend selama Operasi Seroja berlangsung.
Milisi Pro RI ini merupakan keturunan etnis Tionghoa di Tim-tim. Dia kemudian di rekrut oleh Kapten Inf Hendropriyono dan dijadikan Commandante (Komandan) TONSUS (Peleton Khusus) sebuah unit yang terdiri daripada putra daerah di Laklubar, Soibada di distrik Manatuto.
Peleton didikan ABRI ini awalnya berjumlah sekitar 40 orang dengan nama-nama yang cukup terkenal seperti Fransisco Osorio Soares, Vidal Sarmento, Bellarmino Lopez Da Cruz, dan tentunya Zeka Bong sendiri.
Persenjataan mereka terdiri dari senapan perorangan Mouser, G3 sitaan dari Falintil, Senapan Mesin MG-34 dan Mortar 60mm ex Portugal sebagai senjata bantuan lintas lengkung.
Banyak keberhasilan yang diraih dalam pertempuran oleh Peleton Khusus ini, diantaranya yang terkenal ketika berhadapan dengan pasukan khusus Falintil pimpinan Leonardo Da Costa Alves Rangel, yang berasal dari Ossu.
Alves Rangel dulunya di Tropaz tidak begitu terkenal karena suara tinggi, pembawaan gemulai lemah lembut, mirip penghuni Taman Lawang di Jakarta.
Kesimpulannya selama dalam Tropaz Alvez tidak diperhitungkan. Di tahun 1976, nama Alvez lantas melonjak terkenal dan disegani oleh para combatan Falintil. Namanya terkenal karena di bulan April 1976, Alves dan pasukannya berhasil di meraih kemenangan besar dalam penghadangan nya terhadap Konvoi Kompi A Yonif 405/SK.
Kejadian yang cukup mengegerkan ini dikenal dengan nama Tragedi Aituto 1976. Dalam tragedi ini, Kompi A kehilangan 33 anggota gugur termasuk Danki A Kapten Inf Bambang Hudaya (Akabri 1970) gugur setelah beberapa hari mendapat perawatan, 18 luka berat, hanya 6 anggota yg selamat.
Kompi A juga mengalami kerugian sejumlah senjata hilang dibawa kabur musuh berikut 1 unit radio PRC77 dan 1 TBO menghilang (diduga berpihak ke musuh). Dengan menggunakan taktik busur panah Ramahana, Alvez dan pasukannya berhasil menggiring Kompi A Yonif 405/ SK masuk dalam killing ground.
Akibat kejadian ini, Alvez dan pasukannya menjadi buruan satuan-satuan ABRI, bahkan beberapa Satuan Khusus dan Milisi Pro RI diperintahkan khusus untuk memburu Alvez hidup atau mati. Hanya 5 bulan setelah tragedi berdarah di Aituto, tepatnya September 1976, Alvez si “Paneleiro” kena batunya.
Di daerah Funar, Laklubar, pasukan Ramahana Alvez yang berkekuatan sekitar 200 orang di sergap oleh Peleton Khusus Zeka Vong dibantu satuan ABRI. “Tonsus VC…!” Terdengar teriakan Zeka Vong di radio yang di dengar oleh Kapten Inf Hendropriyono di Posko. “Rajawali..VC…!” Ternyata satuan Yonif 123/RJ juga sudah terlibat kontak.
Suara tembakan bersahut-sahutan jelas terdengar di radio. Kontak senjata hebat terjadi. Suara mortir bersahut-sahutan dari kedua belah pihak. Tidak ketinggalan tembakan mortar presisi dari Yonif 123/RJ meramaikan “pesta”.
Kapten Inf Hendropriyono di Posko Kotis sibuk memantau situasi kontak senjata. Pertempuran berlangsung sengit dari pagi hingga siang hari. Tengah hari suara riuh tembakan yang sejak pagi saring berbalas dari kedua belah pihak, agak mereda.
Tepat ketika matahari mencapai ubun-ubun diatas kepala, “Paneleiro mate ona!!!” terdengar teriakan dari radio unit Zeka Vong yang didengar oleh semua satuan ABRI yang terlibat VC dan juga Kapten Inf Hendropriyono di Posko. Ternyata Commandante Ramahana, Alvez Paneleiro mate ona alias sudah “disekolahkan”.
Senja hari, sebuah bungkusan karung goni yang berlumuran darah diserahkan Zeka Vong dan digeletakin di meja Kapten Inf Hendropriyono di Posko. Hendropriyono melirik sejenak bungkusan tersebut kemudian membukanya.
Seketika dia kaget dan berusaha menyembunyikan perasaannya. Rupanya bungkusan karung tersebut, berisi kepala Alvez, si Paneleiro Commandante Ramahana dari Ossu.
Disarikan dari Buku Operasi Nanggala, Ken Coboy.












