Gaza, 30 April 2025 – Militer Israel akhirnya membebaskan Assad al-Nassasra, seorang paramedis Palestina yang sebelumnya dilaporkan hilang usai insiden penyerangan brutal terhadap konvoi medis di Rafah, Gaza Selatan.
Kabar pembebasan Nassasra dikonfirmasi oleh Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) pada Selasa (29/4). Ia termasuk dalam 10 warga Palestina yang dilepas di salah satu titik perbatasan antara Israel dan Gaza.
Assad terakhir terlihat pada 23 Maret 2025 saat berada dalam konvoi medis yang mendapat serangan tembakan di wilayah Tal al-Sultan, Rafah. Dalam serangan tersebut, sebanyak 15 petugas kemanusiaan kehilangan nyawa, terdiri dari 8 paramedis PRCS, 6 petugas Pertahanan Sipil, serta seorang staf badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
Jasad para korban ditemukan dalam kuburan dangkal di dekat kendaraan mereka yang hangus, termasuk ambulans dan mobil milik PBB. Seorang paramedis selamat dari insiden itu dan menyebut bahwa dirinya sempat ditahan bersama Nassasra sebelum akhirnya dibebaskan.
Israel Klaim Kesalahan Operasional, PRCS dan PBB Menolak
Dalam laporan penyelidikan internal yang dirilis 20 April, militer Israel mengakui bahwa pasukan mereka melakukan kesalahan operasional saat menyerang konvoi kemanusiaan. Wakil komandan satuan pengintai bahkan dicopot karena memberikan laporan yang tidak akurat.
Namun, PRCS menolak mentah-mentah klaim tersebut. Dalam pernyataan resminya, PRCS menyebut penyelidikan itu sebagai “upaya sistematis menutupi kejahatan perang” dan mengecam narasi yang menyudutkan tim medis sebagai bagian dari kelompok bersenjata.
PRCS menegaskan bahwa simbol kemanusiaan seperti lambang palang merah yang digunakan di ambulans harusnya dilindungi sesuai Konvensi Jenewa, bukan dijadikan sasaran tembak.
Pihak PBB juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden ini dan memperingatkan bahwa kegagalan menindak pelanggaran hukum internasional akan menciptakan preseden berbahaya bagi seluruh dunia.
Belum Ada Pernyataan Tambahan dari Israel
Hingga berita ini diturunkan, otoritas militer Israel belum memberikan tanggapan resmi mengenai pembebasan Assad al-Nassasra maupun desakan dari komunitas internasional terkait akuntabilitas atas insiden berdarah tersebut.