Sidoarjo – Aksi nekat dilakukan oleh seorang relawan bernama Achmad Zaenuri alias Zaenal (67), pentolan komunitas Relawan Birunya Cinta asal Mojokerto, saat terlibat dalam operasi pencarian dan pertolongan (Opsar) di lokasi ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Minggu (05/10/2025) siang.
Zaenal kedapatan tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap berupa baju hazmat dan masker, padahal saat itu proses evakuasi tengah berlangsung intensif di area penuh risiko.
Aksi tersebut langsung mendapat teguran keras dari tim SAR gabungan di lokasi. Petugas meminta Zaenal untuk segera keluar dari area evakuasi demi keselamatan diri maupun tim yang bertugas. Sebelum meninggalkan lokasi, ia sempat disemprot cairan disinfektan agar bajunya steril. Namun, kejadian tak berhenti di situ.
Zaenal sempat melakukan aksi tak biasa dengan mengangkat kedua tangannya dan memutar tubuh di depan petugas, seolah menolak perintah keluar dari area tersebut. Sikapnya membuat suasana sempat tegang hingga akhirnya aparat kepolisian turun tangan untuk menertibkan situasi. Setelah dibujuk dan diarahkan dengan tegas, Zaenal akhirnya keluar dari lokasi evakuasi.
Menurut keterangan salah satu relawan yang tidak mau disebutkan namanya, kejadian serupa bukan pertama kalinya dilakukan oleh Zaenal. “Orang ini tidak tahu SOP opsar, jadinya sering kali merepotkan kami yang sedang bertugas, pernah hampir tenggelam ketika ada mayat disungai, yang akhirnya kami bukan cuma mengevakuasi jenazah tapi juga menyelamatkan beliau,” ujarnya.
“Tadi sudah diingatkan tapi masih ngeyel nggak mau minggir, sampai akhirnya ada petugas kepolisian yang menyuruh keluar dari area evakuasi,” tambahnya.
Video aksi nekat Zaenal pun dengan cepat beredar di berbagai akun media sosial komunitas relawan. Banyak warganet dan sesama relawan menyoroti tindakannya yang dinilai tidak profesional dan membahayakan diri sendiri maupun tim. Beberapa komentar menyebut perilaku tersebut sebagai bentuk mencari perhatian semata.
“Orang ini butuh validasi,” tulis salah satu komentar di media sosial. Komentar lain juga menyindir, “Bantu boleh tapi tolong sesuai prosedur. Ngisin’i Mojokerto ae,” dan “Salah tetap salah, peraturan tetap peraturan.” Unggahan tersebut pun ramai dibagikan dan memunculkan perdebatan di kalangan warganet.
Insiden ini menjadi pengingat bagi seluruh relawan agar selalu mengutamakan keselamatan dan disiplin dalam menjalankan tugas kemanusiaan. Dalam situasi bencana, penggunaan APD bukan hanya kewajiban prosedural, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral untuk menjaga keselamatan diri serta tim di lapangan. (Red)












