Sidoarjo – Duka mendalam masih menyelimuti keluarga Mohammad Abdul Rohman Nafis (15), santri Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang menjadi salah satu korban meninggal dunia dalam tragedi ambruknya musholla pondok tersebut. Warga RT 04/RW 01, Jalan Perintis III, Desa Pulungan, Kecamatan Sedati, itu dikenal sebagai anak yang sopan, rajin, dan penuh semangat belajar agama.
Nafis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ia telah menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny selama tiga tahun terakhir. Keinginannya untuk mondok datang dari hati sendiri karena ingin memperdalam ilmu agama dan membanggakan kedua orang tuanya. Bagi keluarganya, Nafis dikenal sebagai remaja yang ceria dan dekat dengan semua orang di lingkungannya.
Jenazah Nafis tiba di rumah duka, Kamis (09/10/2025) malam, disambut tangis haru keluarga, kerabat, dan tetangga. Setelah dishalatkan di masjid sekitar, jenazahnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Pulungan sekitar pukul 21.36 WIB. Suasana pemakaman berlangsung haru dan penuh doa, mengiringi kepergian santri muda itu untuk selamanya.
Tante almarhum, Arumi, menceritakan bahwa keponakannya dikenal ramah dan mudah bergaul dengan siapa pun. “Dia (Nafis, red) anaknya supel, gampang akrab sama orang. Banyak warga yang kenal dekat sama dia karena sifatnya yang nggak sombong,” ujar Arumi saat ditemui di rumah duka..
Menurut Arumi, Nafis juga dikenal rajin beribadah dan memiliki rasa hormat tinggi kepada orang tua serta keluarga. “Nafis ini anak yang sopan dan patuh. Dia juga rajin salat dan suka bantu orang tua. Jadi kepergiannya benar-benar bikin keluarga kehilangan,” imbuhnya.
Arumi juga mengungkapkan, beberapa hari sebelum kejadian, Nafis sempat menghubungi ibunya dan meminta untuk dijemput pulang. “Dia sempat bilang, ‘Ma, aku jemputen. Ayo pulang. Aku kepingin jalan-jalan sama mama.’ Tapi mamanya bilang belum bisa karena baru liburan panjang,” tutur Arumi menirukan ucapan ibu Nafis dengan nada lirih.
Permintaan Nafis tersebut kini diyakini keluarga sebagai isyarat keinginan terakhirnya sebelum berpulang. “Ternyata itu permintaan terakhirnya. Nggak nyangka, setelah itu dapat kabar kalau musholla di pondoknya roboh. Keluarga kira waktu itu semua santri selamat,” kata Arumi dengan mata berkaca-kaca.
Sejak kabar duka itu tersebar, rumah keluarga Nafis terus didatangi pelayat. Karangan bunga belasungkawa berjajar di depan rumah, menandakan betapa banyak pihak yang turut berduka atas kepergian remaja yang dikenal santun itu.
Diketahui, Musholla tiga lantai di Ponpes Al Khoziny, Buduran, ambruk pada Senin (29/09) lalu. Tragedi itu menewaskan puluhan santri dan melukai belasan lainnya. Hingga kini, tim Ditreskrimum Polda Jawa Timur masih terus menyelidiki penyebab pasti ambruknya bangunan yang menyebabkan duka panjang bagi dunia pendidikan pesantren tersebut. (rif)
Tangis Keluarga Iringi Kepergian Nafis: “Anak Baik Itu Sudah Pergi”
Radja2 min read











