Ternyata ini Makna dan Filosofi Hompimpa Alayum Gambreng
Surabaya – Anak-anak Indonesia terutama yang tumbuh di era 90-an pasti akrab sekali sama “Hompimpa alayum gambreng!”. Ya, itu adalah metode undian atau pemilihan acak dalam permainan tradisional yang populer di kala itu. Tetapi, pernahkah kita bertanya, apa sih artinya dan apa juga maknanya ?
Mari kita ulas berdasarkan arti dan makna Hompimpa Alayum Gambreng ini versi I-Todays.
Pertama kita bahwa asal usul dulu guys!
Dalam berbagai versi, Hompimpa Alayum Gambreng disebut bahasa Sansekerta. Dimana beberapa teori menyebutkan kemungkinan akar bahasa Sanskerta atau pengaruh dari budaya lokal pra-kemerdekaan.
Namun, teori itu sulit dilacak secara akademis. Tak sedikit ahli bahasa dan budaya menyebut frasa ini sebagai mantra permainan atau formulaic chant yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.
Kata per kata cenderung tidak memiliki makna dalam bahasa Indonesia modern. Atau dalam bahasa kerennya bentuk katanya itu nonsensikal. Ya semacam abrakadabra dalam budaya Barat begitu.
Koentjaraningrat, dalam kajian antropologi budayanya, menyebutkan pentingnya tradisi lisan dalam transmisi nilai budaya, termasuk permainan anak-anak. Meskipun hompimpa tidak disebut secara spesifik, konteksnya relevan.
Kajian tersebut dituangkan dalam Buku Pengantar Ilmu Antropologi (Koentjaraningrat, 1990-an).
Meskipun demikian, Hompimpa Alayum Gambreng juga punya fungsi sosial dan nilai edukasi lho!
Fungsional dari hompimpa digunakan sebagai cara menentukan giliran bermain secara adil.
Contohnya nih, anak-anak akan mengangkat tangan, lalu secara serempak menurunkannya dalam posisi telapak tangan menghadap ke atas atau ke bawah.
Pemain yang berbeda sendiri dari mayoritas biasanya akan terpilih, baik sebagai pencari dalam petak umpet, atau sebagai lawan dalam berbagai permainan lainnya.
Sementara lebih dari itu, hompimpa juga mengajarkan nilai-nilai sosial penting seperti:
Demokrasi dan keadilan: Semua punya peluang sama, tidak ada yang diistimewakan.
Kebersamaan: Semua anak ikut serta, mempererat hubungan sosial.
Respek terhadap hasil keputusan bersama: Anak-anak belajar menerima hasil undian tanpa protes.
Namun guys, di tengah masa modernisasi saat ini sayangnya, keberadaan hompimpa makin tersisih di era digital. Anak-anak kini lebih akrab dengan gawai dibanding halaman bermain. Permainan tradisional dan ritus kecil seperti hompimpa perlahan memudar.
Meski begitu, beberapa sekolah dan komunitas masih mencoba melestarikannya lewat kegiatan ekstrakurikuler atau festival budaya anak.
Melestarikannya berarti menjaga salah satu simpul kecil dari identitas kebudayaan kita sendiri.