Jakarta – Kejadian tilang elektronik (ETLE) terhadap ambulans saat tengah bertugas kembali menyita perhatian publik. Pengamat kebijakan transportasi, Azas Tigor Nainggolan, menyebut bahwa insiden seperti ini menandakan masih adanya kelemahan dalam sistem teknologi yang digunakan oleh pihak kepolisian.
“Kalau ambulans bisa kena tilang saat bertugas, berarti sistem ETLE belum bisa membedakan kendaraan prioritas. Seharusnya dari control room bisa langsung diprogram untuk menghindari tilang otomatis pada kendaraan seperti ambulans,” kata Tigor kepada wartawan, Jumat (11/4/2025).
Menurut Tigor, seharusnya data kendaraan khusus seperti ambulans sudah terintegrasi dalam database Direktorat Lalu Lintas, sehingga pelat nomor kendaraan tersebut otomatis terdeteksi sebagai kendaraan prioritas yang mendapatkan pengecualian aturan seperti ganjil-genap atau lampu merah saat dalam keadaan darurat.
Ia juga menekankan bahwa pendaftaran manual kendaraan prioritas berisiko disalahgunakan. “Sejak awal, waktu kendaraan ini diurus surat-suratnya di kepolisian, seharusnya sudah dicatat bahwa ini adalah ambulans. Kalau harus daftar ulang, nanti malah ada celah disalahgunakan,” jelasnya.
Kisah nyata dialami Febryan (30), seorang sopir ambulans yang mendapat surat tilang ETLE setelah menerobos lampu merah dan melintasi jalur busway saat membawa pasien rujukan dari RS Hermina Daan Mogot menuju RS Pelni.
“Pas saya buka notifikasi, ternyata pelat nomor ambulans saya diblokir,” ujar Febryan. Ia mengaku sempat panik karena belum tahu proses banding dan masih menunggu hasil pengajuan keberatan ke Polda Metro Jaya.
Lebih miris lagi, ini bukan kali pertama Febryan mengalami hal serupa. “Sudah pernah kejadian sebelumnya, saya harus bolak-balik urus ke Polda padahal sedang menjalankan tugas menyelamatkan nyawa,” keluhnya.
Kasus ini menyoroti pentingnya evaluasi terhadap sistem ETLE, khususnya agar tidak menghambat operasional kendaraan darurat. Tigor mendesak agar pihak kepolisian segera melakukan pembaruan sistem dan memperkuat database kendaraan prioritas agar kejadian serupa tak terulang.
