Surabaya – Malam Jumat (13/6) di Bundaran Waru, Surabaya, berubah mencekam setelah sebuah kecelakaan maut merenggut nyawa seorang pengayuh becak lanjut usia. Korban, diketahui bernama Putut Hadiatmoko (65), tewas di tempat setelah becaknya terlindas truk yang melaju di sampingnya.
Kejadian memilukan ini sontak menyita perhatian warga sekitar. Putut, yang sehari-hari mengayuh becak demi menyambung hidup, menjadi korban dalam insiden tragis yang memunculkan tanya: bagaimana bisa kecelakaan seperti ini terjadi?
Kanit Laka Lantas Polrestabes Surabaya, Iptu Suryadi, menjelaskan bahwa kecelakaan terjadi ketika korban melaju dari arah timur ke barat, tepat di sisi selatan Bundaran Waru. Diduga, Putut tiba-tiba berpindah lajur ke kanan tanpa memperhatikan kendaraan lain di belakang maupun sampingnya.
“Diduga korban tiba-tiba berpindah lajur ke kanan, sehingga terjadi tabrakan dengan truk,” ujar Iptu Suryadi, Sabtu (14/6).
Truk yang menabrak korban dikemudikan oleh Irwan (44), warga asal Bima, Nusa Tenggara Barat. Nahas, tabrakan tersebut membuat tubuh korban dan becaknya terlindas roda depan truk. Putut pun dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian.
Sang sopir truk langsung menghentikan kendaraannya usai kejadian, dan petugas kepolisian segera melakukan olah TKP. Jenazah korban dievakuasi ke RSUD Dr. Soetomo untuk keperluan visum.
“Barang bukti sudah diamankan. Untuk sementara, kecelakaan ini diduga akibat faktor manusia, yaitu karena korban berpindah lajur secara mendadak,” tambah Suryadi.
Insiden ini menjadi pengingat betapa rapuhnya keselamatan para pengguna jalan non-motor, seperti pengayuh becak, di tengah lalu lintas yang padat dan cepat. Perlu perhatian lebih, baik dari pengguna jalan maupun pemerintah, untuk memastikan keselamatan semua pihak.
Tragedi ini bukan sekadar angka dalam statistik kecelakaan, tetapi sebuah cerita kehilangan yang menyayat hati. Sudah saatnya kita bertanya: bagaimana agar nyawa-nyawa rentan tak kembali jadi korban di jalanan?
