Surabaya — Seorang perempuan penyandang disabilitas tuli berinisial F (26), warga Surabaya, diduga menjadi korban pencabulan oleh tetangganya sendiri, MS (65). Kasus ini memicu keprihatinan publik karena selain korban adalah difabel, pelaku merupakan sosok yang dikenal di lingkungan sekitar.
Pendamping korban, Kukuh Setya, mengungkapkan bahwa dugaan pencabulan terjadi ketika korban menyewa sepeda listrik milik MS. Saat itulah pelaku diduga merayu korban dan memberikan uang Rp 10 ribu sebagai imbalan untuk melakukan perbuatan tak senonoh.
“Korban menyampaikan kronologi peristiwa kepada pengurus kampung menggunakan bahasa isyarat. Ia mengaku telah dicabuli dan diberikan uang oleh pelaku,” ujar Kukuh saat dikonfirmasi, Senin (26/5/2025).
Korban pertama kali mengungkap kejadian itu pada 8 Mei 2025. Dari keterangan yang disampaikan, Kukuh menduga perbuatan bejat MS telah dilakukan hingga tujuh kali. Pihak keluarga dan pendamping pun telah melaporkan kejadian tersebut ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak.
Ketika dikonfirmasi, MS berdalih bahwa perbuatan tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka. Namun Kukuh membantah, mengingat kondisi korban yang rentan dan memiliki keterbatasan komunikasi.
“Korban adalah perempuan tuli, dan dalam posisi seperti itu tentu ada kerentanan. Klaim suka sama suka dari pelaku sangat tidak dapat diterima,” tambah Kukuh.
Saat ini korban sudah mendapatkan pendampingan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan serta Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya.
Sementara itu, Kasi Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Iptu Suroto, membenarkan bahwa laporan sudah diterima. “Benar ada laporan. Saat ini masih dilakukan penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya singkat.
Kasus ini menambah daftar panjang kekerasan seksual terhadap penyandang disabilitas, yang sering kali tidak mendapatkan keadilan karena keterbatasan akses komunikasi dan pembuktian.
